coolinthe80s.com, Tales from Earthsea: Film Ghibli yang Penuh Misteri Rasa Gelisah! Studio Ghibli di kenal dengan sentuhan hangat dan cerita yang bikin hati adem. Tapi kali ini beda. Tales from Earthsea muncul sebagai anak tiri yang bandel, penuh misteri, gelap, dan nggak berusaha manis. Bahkan buat penggemar Ghibli yang udah terbiasa dengan Totoro atau Ponyo, film ini bisa bikin dahi mengernyit. Tapi justru dari situlah daya tariknya tumbuh.

Bukan cuma karena alurnya yang rada berliku, tapi juga karena atmosfernya yang berat. Film ini seperti mengajak penonton ke ruang yang jauh dari kenyamanan. Suasana suram, konflik batin, dan karakter-karakter yang murung bikin film ini lebih terasa kayak mimpi buruk di banding dongeng biasa.

Kalau kamu kira semua film Ghibli selalu lucu dan ceria, Tales from Earthsea bakal kasih tamparan halus (atau mungkin keras).

Kehadiran Tales from Earthsea Arus Gelap dari Dunia Ghibli

Sejak awal, film ini udah nunjukin vibes yang beda. Langit retak, sihir kacau, dan manusia kehilangan arah hidup. Dunia di Tales from Earthsea bukan tempat buat tertawa atau bernyanyi bareng teman-teman hewan. Malah sebaliknya—setiap langkah karakter di penuhi bayang-bayang dan rasa nggak tenang.

Ada penyihir bernama Ged, ada pangeran bernama Arren, dan ada seorang gadis bernama Therru. Ketiganya seperti nggak benar-benar ingin berada di dalam cerita mereka sendiri. Tapi mereka tetap berjalan, terjebak dalam dunia yang seolah kehilangan keseimbangan.

Hal yang menarik, bukan konflik luar yang jadi pusatnya. Justru konflik batin masing-masing karakter yang bikin cerita ini terasa dalam, walau anehnya juga agak menggantung.

Perasaan Aneh yang Terus Nempel

Setiap adegan terasa lambat, tapi bukan lambat yang bikin bosan. Lebih tepatnya bikin resah. Seolah penonton di minta buat duduk di am dan ikut merasakan beban yang di rasakan karakter. Ada momen sunyi yang terlalu panjang, ada tatapan kosong yang terasa penuh arti. Semua itu di ramu dengan musik yang nggak heboh, tapi menancap dalam.

Lihat Juga  Wajib Tonton! 5 Horor Jepang dari Urban Legend dan Kisah Nyata

Dan yang bikin tambah unik, film ini seakan nggak peduli kalau penonton merasa nggak nyaman. Ia berjalan sesuai iramanya sendiri. Mungkin itulah kenapa banyak orang merasa film ini sulit di pahami, tapi tetap terngiang-ngiang setelahnya.

Saat Ayah dan Anak Ghibli Beradu Arah

Tales from Earthsea: Film Ghibli yang Penuh Misteri Rasa Gelisah!

Hayao Miyazaki, sang legenda Ghibli, nggak duduk di kursi sutradara kali ini. Alih-alih, tongkat di serahkan ke anaknya, Goro Miyazaki. Dan dari situ, mulai kelihatan bahwa film ini bukan sekadar proyek biasa—tapi bentuk pencarian identitas dari seorang anak yang tumbuh di bawah bayang-bayang ayahnya.

Ada rasa ragu, ada ambisi besar, dan ada eksperimen liar yang kadang bikin cerita terasa nggak konsisten. Tapi semua itu justru bikin Tales from Earthsea punya karakter sendiri. Alih-alih meniru gaya sang ayah, Goro mencoba melawan arus. Hasilnya? Film yang berani berbeda, walau bikin banyak orang terbelah.

Di satu sisi, film ini bisa di bilang belum matang. Tapi di sisi lain, ada keberanian besar yang patut di hargai. Di dunia di mana banyak orang cuma berani mengikuti formula aman, Goro memilih jalan terjal dan sunyi.

Terinspirasi Tales from Earthsea, Tapi Nggak Menjiplak

Meski di angkat dari novel legendaris karya Ursula K. Le Guin, adaptasinya nggak mentah-mentah. Malah banyak unsur cerita yang di acak dan di satukan dari beberapa buku. Hal ini sempat bikin fans novelnya kecewa. Tapi kalau di lihat dari sisi film, ini menunjukkan usaha untuk membuat narasi yang mandiri.

Goro berani merakit ulang dunia Earthsea dengan gaya sendiri. Walau nggak semua keputusan naratif terasa kuat, tapi ada semangat segar di dalamnya. Dan itu cukup bikin film ini berdiri dengan wibawa sendiri—nggak sekadar numpang nama Ghibli.

Lihat Juga  Melangkah Bersama Suzume, Saat Luka Lama Bertemu Keajaiban!

Kesimpulan: Tales from Earthsea Layak untuk Dihargai Ulang

Mungkin Tales from Earthsea bukan film Ghibli yang bikin kamu jatuh cinta sejak menit pertama. Tapi kalau di beri waktu dan ruang, film ini bisa menancap lebih dalam dari yang kamu kira. Rasa gelisah, konflik batin, dan nuansa kelamnya justru menawarkan sesuatu yang berbeda di antara deretan film Ghibli lainnya.

Jadi kalau kamu cari tontonan yang penuh warna dan senyuman, mungkin bukan ini jawabannya. Tapi kalau kamu siap di ajak mikir, meresapi, dan menerima cerita yang nggak biasa—maka film ini bisa jadi pengalaman sinema yang nggak terlupakan.

Meski sempat di pandang sebelah mata, Tales from Earthsea sekarang mulai di hargai ulang oleh generasi baru. Dan bisa jadi, ini bukan akhir perjalanannya, tapi awal dari babak baru film yang terlalu cepat di lupakan.